Senin, 09 November 2015

MAN CIMAHI- Gerakan “Cinta Batik Indonesia” Pelajar MAN Cimahi



           
 

             Bagi para remaja pecinta batik, tak perlu jauh-jauh pergi ke daerah Yogyakarta, Cirebon, dan daerah penghasil batik lainnya, atau pergi ke sanggar pembuatan batik untuk membuat batik. Di Madrasah Aliyah Negeri Cimahipun, kita bisa belajar membuat batik tersebut. Selain cinta lingkungan, Madrasah Aliyah Negeri Cimahi juga cinta akan kebudayaan Indonesia. Buktinya, belajar membatik menjadi salah satu praktek dalam tugas mata pelajaran Seni Budaya kelas XI. Hal ini mengundang banyak perhatian dari siswa-sisiwi Madrasah Aliyah Negeri Cimahi lainnya.
            Setelah beberapa pekan lalu siswa-siswi kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Cimahi membuat batik tulis dan batik celup ikat, kini siswa-siswi kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Cimahi mulai membuat batik cap. Proses pembuatannya yang secara berkelompok ini membuat kreativitas, kebersaman, dan sikap toleransi antar siswa semakin terasah. Meskipun baru pertama kali, siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri Cimahi tetap bersemangat membuatnya dan sangat antusias dalam pembuatan batik cap ini.
            Proses pembuatan batik cap ini yaitu pertama-tama bentangkan kain pada permukaan datar. Lalu, panaskan malam di tempat yang cukup besar. Setelah itu, masukkan cap untuk membatik ke dalam malam tersebut, tunggu hingga sebagian malamnya turun (kurang lebih 10 hitungan), lalu capkan pada kain sesuai dengan pola yang kita inginkan. Lakukan berulang hingga selesai. Setelah itu, tunggu malam pada kain mengering. Apabila ada gambar yang tidak jelas, perjelas dengan canting (menggunakan jenis batik tulis). Setelah kering, siapkan air pewarna, dan masukkan kain tersebut kedalam air pewarna. Setelah cukup, jemur kain tersebut. Apabila sudah kering, masukkan kain tersebut kedalam air panas, proses ini untuk menghilangkan malam dari kain, yang disebut dengan nglorod. Setelah itu, batik dikeringkan lalu disetrika.
            Kegiatan membatik ini dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air di era globalisasi ini, selain itu dapat pula meningkatkan kreativitas siswa, meningkatkan sikap toleransi dan kesabaran, juga meningkatkan rasa kebersamaan antar siswa. Jadi kalau bukan kita, siapa lagi yang akan mewarisi kebudayaan khas Indonesia ini?
(Maharani Pagar Alam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar