Bagi para remaja pecinta batik, tak
perlu jauh-jauh pergi ke daerah Yogyakarta, Cirebon, dan daerah penghasil batik
lainnya, atau pergi ke sanggar pembuatan batik untuk membuat batik. Di Madrasah
Aliyah Negeri Cimahipun, kita bisa belajar membuat batik tersebut. Selain cinta
lingkungan, Madrasah Aliyah Negeri Cimahi juga cinta akan kebudayaan Indonesia.
Buktinya, belajar membatik menjadi salah satu praktek dalam tugas mata
pelajaran Seni Budaya kelas XI. Hal ini mengundang banyak perhatian dari
siswa-sisiwi Madrasah Aliyah Negeri Cimahi lainnya.
Setelah beberapa pekan lalu
siswa-siswi kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Cimahi membuat batik tulis dan
batik celup ikat, kini siswa-siswi kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Cimahi mulai
membuat batik cap. Proses pembuatannya yang secara berkelompok ini membuat
kreativitas, kebersaman, dan sikap toleransi antar siswa semakin terasah.
Meskipun baru pertama kali, siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri Cimahi tetap
bersemangat membuatnya dan sangat antusias dalam pembuatan batik cap ini.
Proses pembuatan batik cap ini yaitu
pertama-tama bentangkan kain pada permukaan datar. Lalu, panaskan malam di
tempat yang cukup besar. Setelah itu, masukkan cap untuk membatik ke dalam
malam tersebut, tunggu hingga sebagian malamnya turun (kurang lebih 10
hitungan), lalu capkan pada kain sesuai dengan pola yang kita inginkan. Lakukan
berulang hingga selesai. Setelah itu, tunggu malam pada kain mengering. Apabila
ada gambar yang tidak jelas, perjelas dengan canting (menggunakan jenis batik tulis).
Setelah kering, siapkan air pewarna, dan masukkan kain tersebut kedalam air
pewarna. Setelah cukup, jemur kain tersebut. Apabila sudah kering, masukkan
kain tersebut kedalam air panas, proses ini untuk menghilangkan malam dari
kain, yang disebut dengan nglorod. Setelah itu, batik dikeringkan lalu
disetrika.
Kegiatan membatik ini dapat
menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air di era globalisasi ini, selain itu
dapat pula meningkatkan kreativitas siswa, meningkatkan sikap toleransi dan
kesabaran, juga meningkatkan rasa kebersamaan antar siswa. Jadi kalau bukan
kita, siapa lagi yang akan mewarisi kebudayaan khas Indonesia ini?
(Maharani
Pagar Alam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar